Senin, 06 Maret 2023

JADUAL UJIAN ULANG

NO TANGGAL/HARI SESI KELAS XII
XII MIA XII IIS XII IBB
1 Minggu, 9 April 2023 1 : 08.00 - 11.00 Matematika Matematika Matematika
2 : 08.00 - 11.00 P A I P A I P A I
3 : 08.00 - 11.00 Ekonomi LM Ekonomi Sastra Indo
2 Senin, 10 April 2023 1 : 08.00 - 11.00 MTK pm Sejarah pm Sas. Inggris
2 : 08.00 - 11.00 P K N P K N P K N
3 : 08.00 - 11.00 Biologi Sosiologi Antropologi
4 : 08.00 - 11.00 B. Inggris B. Inggris B. Inggris
3 Selasa, 11 April 2023 1 : 08.00 - 11.00 Kimia Geografi B. Mandarin
2 : 08.00 - 11.00 B. Indonesia B. Indonesia B. Indonesia
3 : 08.00 - 11.00 Sejarah Indo Sejarah Indo Sejarah Indo
4 : 08.00 - 11.00 Fisika



Senin, 05 Desember 2022

PRESTASI WIPRASA 2022 (A_besar)


05 Desember 2022, ekstrakulikuler pramuka / PRASMADA SMA DARUT TAQWA berhasil menyabet gelar juara 2 diberbagai nominasi seperti : juara 2 umum putra,  juara 2 PBBT (pelatihan baris berbaris tongkat) juara 2 best make up dalam acara (WIBAWA PRAMUKA SAKTI) WIPRASA  2022 tingkat SLTA sederajat. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2022 di MTsN 10 jombang.  Para anggota Prasmada yang diketuai oleh Kalam Mubarok siswa kelas XI Mia 1, berangkat dengan percaya diri, serta latihan begitu rutin membuahkan hasil yang mengesankan. Pasalnya, kegiatan WIPRASA 2022 diikuti oleh ratusan sekolah tingkat SLTA baik negeri maupun swasta se-Jatim. Prestasi ini akan menjadi batu loncatan pelecut semangat meraih prestasi dibidang non akademik bagi organisasi ekstrakulikuler lain untuk mengharumkan nama SMA DARUT TAQWA SEKOLAH - PENGGERAK ANGKATAN 2 baik ditingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.

SMA...

MAJU BERSAMA HEBAT SEMUA!


Selasa, 22 November 2022

SELAIN PEDAGOGIK, PENDIDIK HARUS MEMAHAMI FILOSOFI STOIK (A_Besar)

Saat ini, masih  banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, hasil akhir yang diperoleh oleh peserta didik belum sepenuhnya mampu memberikan senyuman manis yang membuat harum nama bangsa Indonesia, kualitas belajar mengajar patut dipertanyakan dan motivasi belajar peserta didik masih sangat rendah.

Permasalahan ini harus diperbaiki untuk hasil yang lebih baik dalam proses belajar mengajar. Adapun proses belajar merupakan aktivitas belajar aktif dalam merangkai pengalaman, menggunakan masalah nyata yang terdapat di lingkungannya. Belajar tidaklah bersifat pasif, belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pengalaman pengetahuan dan informasi baru. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, kemampuan, sikap, dan nilai.  

Adanya Kegiatan Belajar Mengajar tak lepas dari seorang guru/pendidik, Guru berperan sebagai pengelola pembelajaran, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Guru yang mampu melaksanakan perannya sesuai dengan yang disebutkan di atas disebut sebagai seorang guru yang berkompetensi. Menurut Mulyasa (2007: 190-192) dalam jurnal PENTINGNYA KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES PEMBELARAN DI SEKOLAH DASAR mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni kemampuan dasar (kepribadian), kemampuan umum (kemampuan mengajar), dan kemampuan khusus (pengembangan keterampilan mengajar).

Dalam bidang pendidikan, khususnya yang diperuntukkan untuk  guru, Kompetensi pedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya. Dalam kompetensi pedagogik guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta memahami bagaimana memberikan pengajaran yang benar pada peserta didik.

Pengaplikasian dari kemampuan ini tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai prinsip-prinsip belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar. Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Pada prosesnya, mungkin masih sulit, dikarena keberagaman karakter yang dimiliki setiap murid/peserta didik. Dari sinilah ketika kompetensi pedagogik yang sudah disusun belum berhasil guru tidak perlu terlalu kecewa, karena paham atau tidaknya siswa, itu diluar kendali seorang pendidik.

Disini penulis ingin mengenalkan sebuah filsafat stoik/stoikisme yang mungkin bisa membantu mengurangi rasa kecewa ketika menghadapi murid.

Apa itu stoikisme?

Stoikisme adalah sebuah filsafat Yunani Kuno yang mengajarkan tentang bagaimana agar tetap dalam kehidupan yang dinamis. Filsafat kuno ini dianut oleh beberapa filsuf Yunani, seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.

Sederhananya filsafat satu ini mengajarkan bagaimana kebahagiaan bisa didapatkan apabila memfokuskan diri pada apa yang dapat dikendalikan, Hidup ini terdiri dari dua hal, sesuatu yang di bawah kendali kita dan hal-hal yang di luar kendali diri kita. Contohnya adalah kebahagiaan, dalam hal ini ketika kita sudah berhasil menerapkan sebuah model pembalajaran semestinya kita bahagia dan seharusnya kebahagiaan letaknya berada dalam kendali kita. Apabila ada hal yang memengaruhi kebahagiaan yang berasal dari luar kendali, maka yang perlu dilakukan adalah mengendalikan hal tersebut sesuai dengan apa yang kita bisa.

Misalnya adalah ketika kita kecewa terhadap perilaku peserta didik kepada kita karena tingkah laku serta pemahaman yang minim yang diperolehnya  dan membuat diri ini kesal atau marah, yang perlu dilakukan agar kita tetap bahagia dan menjadi pribadi yang positif adalah mengendalikan apa yang dapat dikendalikan dari diri sendiri. Oleh karena itu, mengelola pikiran adalah kuncinya.

Perlu perhatikan bahwa dunia ini tidak hanya mengitari diri kita sendiri. Jatuh-bangun, menang-gagal, sedih-senang merupakan hal yang biasa dalam proses hidup baik dibidang sosial, ekonomi bahkan dalam dunia pendidikan. Namun, kebahagiaan tergantung pada bagaimana diri kita memilih untuk bahagia atau tidak.

 

.

 


 


Rabu, 16 November 2022

LASYA

 Jiwa raja yang hilang jiwa

Kenanglah sayang dengan mesra

 Aku sedih pada diri ku sendiri

 Angan ku hanya sebagai mimpi beku

 Burung terbang menjelang sore

Mengingat waktu akan gelap

Aku jatuh terlalu dangkal

 Hingga waktu tak berjalan lagi

 Kenanglah akhir dari lasya

 Batu yang sebagai penandanya

 Hanya tinggal puing cinta yang musna

Sayang, kubawa Puspa mawar tuk pengakhiran asmara

BAKAN AKU

 Mungkin aku tak seperti dulu

 Yang buta akan cinta

Perasaan membara ketika rindu

 Mencintai mu adalah hal terindah bagi ku

Sifat lembut akan diri mu

Tapi...

  sekarang aku berhati batu

 Perasaan itu padam seketika

 Sifat  kasar dan keras

Ini bukan,

 aku Entah di mana diri ku?

Kemana?...

Di mana aku harus mencarinya

                        Tak satu pun yang tahu

                        Di mana diri ku sekarang

Selasa, 15 November 2022

MENELADANI MAKNA TUTWURI HANDAYANI (A_Besar)

Istilah tut wuri handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan bapak pendidikan nasional. Asas Tut Wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar tersebut mendapat tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.Adapun penggalan dari istilah tersebut yang kini menjadi semboyan pendidikan di Indonesia yakni:

    Ing Ngarso Sun Tuladha (jika di depan memberi contoh.) Secara normatif seorang pemimpin (pendidik) diharapkan mampu menjadi teladan yang baik (contoh yang baik) bagi anak buah atau anak didiknya. Hal ini sangat penting jika pemimpinnya melakukan kesalahan, jangan salahkan jika pengikutnya juga melakuakan hal yang sama. Misalnya, jika pejabat tinggi melakukan korupsi, hal ini akan ditiru oleh bawahan yang di daerah-daerah. Atau jika seorang pendidik membentak-bentak anak didiknya, dengan sendirinya akan membawa pengaruh mental si anak didik terganggu seperti ketakutan dan bahkan tidak mau masuk sekolah lagi.

    Ing Madya Mangun Kurso(di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.,

    Tut Wuri Handayani(jika di belakang memberi dorongan) dalam dunia pendidikan, kepala sekolah dapat memediatori secara baik kepada staf, karyawan atau guru untuk memberi pelayanan secara maksimal kepada anak didiknya. Untuk pendidik sendiri, dapat memberikan kebebasan pada anak didiknya untuk melakukan kegiatan dalam praktik pembelajaran tentu sesuai dengan langkah-langkah kerja yang telah ditetapkan agar tujuan praktik pembelajaran dapat berjalana dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan harapan. Pendidik hanya bertugas mengawasi dan mengarahkan peserta didik apabila ada anak didiknya yang berlaku diluar jalur yang telah ditetapkan.Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24)

    Trilogi Ki hajar Dewantara ini bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum.Dalam kegiatan pendidikan, peserta didik diberi kesempatan untuk mencari, mempelajari, memecahkan masalah sendiri tanpa selalu harus dicampuri, diperintah dan dipaksa. Dengan cara demikian, maka pendidikan akan terpusat kepada peserta didik. Dapat dikatakan bahwa asas tutwuri handayani ini merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif.

    Banyak para pendidik  yang hanya sekadar membaca kemudian melupakan semboyan pendidikan ini. Padalah istilah Tut Wuri Handayani menyiratkan prinsip kepemimpinan.Hubungan konsep Tut wuri handayani dalam praktik pembelajaran yaitu, mengarahkan peserta didik pada kemandirian yang kelak akan mampu berkarya dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, Dimana sosok  guru atau pengajar menjadi cerminan bagi peserta didiknya, bukan hanya itu saja dalam dunia pendidikan ada hal lain yang harus dicukupi agar proses belajar seseorang tercukupi yakni kebutuhan batin dan kebutuhan meteril.

    Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam dunia pendidikan  merupakan satu kesatuan asas yang telah menjadi asas penting di Indonesia. Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa diikuti dengan memberi apa yang dibutuhkan  pada saat anak membutuhkan bantuan.

Referensi:

SUMBER, AZAS DAN LANDASAN PENDIDIKAN

KONSEP TUT WURI HANDAYANI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK DI SMKN 5 YOGYAKARTA

Jumat, 11 November 2022

GAP GENERATION (A_Besar)

Tak dapat dibantahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik bidang sosial, politik, budaya serta pendidikan.  Di dalam dunia pendidikan, teknologi digunakan sebagai media pembelajaran, contohnya smart phone (ponsel pintar), internet, atau komputer. Peserta didik pada era digital ini sudah memahami dan familiar dalam menggunakan teknologi.

Kesenjangan  generasi antara pendidik dan peserta didik di era digital ini, memiliki tantangannya sendiri. Alhasil,  dari teknologi yang semakin berkembang pesat dan maju, perbedaan tingkah laku kerap disebut menyulitkan. Contohnya, peserta didik masa kini cenderung mencari informasi melalui internet, atau minimnya minat membaca,

Generasi yang tumbuh di era teknologi  yang mengalami perkembangan yang pesat ini adalah generasi Z, Menurut sejumlah penelitian terdahulu, Gen Z adalah mereka yang lahir setelah tahun 1995 (Brown, 2020; Francis & Hoefel, 2018; Linnes & Metcalf, 2017), atau seringkali disebut dengan generasi pasca-milenial.Adapun  pendapat lainya Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang  berusia 8-23 tahun.

Menurut Marc Prensky (2001), murid yang saat ini duduk di bangku sekolah bukan lagi orang-orang yang cocok  untuk desain pendidikan konvensional. Ada banyak perubahan yang terjadi dikarenakan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan meluas di akhir abad 20. Adanya perbedaan canggihnya teknologi saat ini, juga mempengaruhi cara pendidik dan peserta didik untuk melakukan sesuatu, termasuk model dan media pembelajaran.

Seiring perkembanganya model dan media pembelajaran mengalami menambahan varisai dan perubahan dari non elektornik menjadi elektronik memalui berbagai aplikasi.hal ini dapat meringangkan dan mempermudah pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut  Strauss & Howe, 1992 dalam teori kesenjangan generasi berfokus pada dampak perbedaan generasi pada sikap dan perilaku individu terhadap pekerjaan. Marc Prensky menyatakan pengguna teknologi yang ada saat ini menjadi dua: Digital Natives dan Digital Immigrants. Yang termasuk sebagai digital native saat ini merupakan murid-murid yang berada di sekolah. Sedangkan digital immigrant merupakan guru-gurunya. Dalam proses belajar dan mengajar, digital natives dan digital immigrants memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang.

Para digital natives (orang yang lahir di era digital) terbiasa menerima informasi dengan cepat, mereka juga sangat menyukai sesi paralel dan multi-tasking. Mereka lebih mengutamakan grafis ketimbang teks. Di sisi lain, para guru yang didominasi oleh Digital Immigrants ( generasi yang lahir sebelum adopsi teknologi digital secara luas) mempertahankan karakteristiknya dalam proses belajar yang lambat, step by step, satu pelajaran sekali waktu, belajar secara individu. Perbedaan pandangan, anggapan, dan kemampuan antar generasi ini tentu menimbulkan masalah dalam pendidikan

Peserta didik  pada saat ini memiliki harapan  yang tinggi terhadap proses belajarnya, karena mereka memiliki akses jaringan  informasi yang luas melalui berbagai platform dan cara. Apa yang mereka dapatkan secara mandiri, tentu akan menjadi pembanding bagi informasi atau ilmu yang ia dapatkan ketika berada di dalam kelas.

Untuk mengatasi kesenjangan generasi, pendidik dan peserta didik harus  open mindset ( berfikir terbuka) dalam arti tetap terbuka untuk menerima pengalaman baru ataupun menghargai pengetahuan yang lama. Cara yang kedua yakni maksimalkan teknologi penunjang yang ada, sering kali para pendidik tidak mau mencoba hal baru terutama dibidang teknologi, mungkin dirasa ribet atau ada faktor lain, akan tetapi alangkah lebih baik bagi pendidik untuk belajar memaksimalkan kecanggihan teknologi untuk media pembalajaran di kelas.

Berikut yang ke tiga, dengan memberi pertanyaan “bagaimana dan mengapa” mungkin akan menetralisir peserta didik dalam mengakses google, agar timbul pikiran kritis dalam kegiatan belajar mengajar.

.referensi

KESENJANGAN GENERASI ANTARA GURU & MURID SEBAGAI TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN Hani Ayu Rahmatiah dan Nur Asiyah

STUDI KASUS GAP GENERASI DALAM PERSPEKTIF NILAI PERSONAL DAN BUDAYA ORGANISASI PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG BALI Yanuar Fauzuddin , Mochamad Syaiful Arif , Dwi Sasono , Hendrik Rizqiawan , Andi Iswoyo