NO | TANGGAL/HARI | SESI | KELAS XII | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
XII MIA | XII IIS | XII IBB | |||||||
1 | Minggu, 9 April 2023 | 1 : 08.00 - 11.00 | Matematika | Matematika | Matematika | ||||
2 : 08.00 - 11.00 | P A I | P A I | P A I | ||||||
3 : 08.00 - 11.00 | Ekonomi LM | Ekonomi | Sastra Indo | ||||||
2 | Senin, 10 April 2023 | 1 : 08.00 - 11.00 | MTK pm | Sejarah pm | Sas. Inggris | ||||
2 : 08.00 - 11.00 | P K N | P K N | P K N | ||||||
3 : 08.00 - 11.00 | Biologi | Sosiologi | Antropologi | ||||||
4 : 08.00 - 11.00 | B. Inggris | B. Inggris | B. Inggris | ||||||
3 | Selasa, 11 April 2023 | 1 : 08.00 - 11.00 | Kimia | Geografi | B. Mandarin | ||||
2 : 08.00 - 11.00 | B. Indonesia | B. Indonesia | B. Indonesia | ||||||
3 : 08.00 - 11.00 | Sejarah Indo | Sejarah Indo | Sejarah Indo | ||||||
4 : 08.00 - 11.00 | Fisika | |
|
Senin, 06 Maret 2023
JADUAL UJIAN ULANG
Senin, 05 Desember 2022
PRESTASI WIPRASA 2022 (A_besar)
Selasa, 22 November 2022
SELAIN PEDAGOGIK, PENDIDIK HARUS MEMAHAMI FILOSOFI STOIK (A_Besar)
Saat ini, masih banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, hasil akhir yang diperoleh oleh peserta didik belum sepenuhnya mampu memberikan senyuman manis yang membuat harum nama bangsa Indonesia, kualitas belajar mengajar patut dipertanyakan dan motivasi belajar peserta didik masih sangat rendah.
Permasalahan ini harus diperbaiki untuk hasil yang lebih baik dalam proses belajar mengajar. Adapun proses belajar merupakan aktivitas belajar aktif dalam merangkai pengalaman, menggunakan masalah nyata yang terdapat di lingkungannya. Belajar tidaklah bersifat pasif, belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pengalaman pengetahuan dan informasi baru. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, kemampuan, sikap, dan nilai.
Adanya Kegiatan Belajar Mengajar tak lepas dari seorang guru/pendidik, Guru berperan sebagai pengelola pembelajaran, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Guru yang mampu melaksanakan perannya sesuai dengan yang disebutkan di atas disebut sebagai seorang guru yang berkompetensi. Menurut Mulyasa (2007: 190-192) dalam jurnal PENTINGNYA KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES PEMBELARAN DI SEKOLAH DASAR mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni kemampuan dasar (kepribadian), kemampuan umum (kemampuan mengajar), dan kemampuan khusus (pengembangan keterampilan mengajar).
Dalam bidang pendidikan, khususnya yang diperuntukkan untuk guru, Kompetensi pedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya. Dalam kompetensi pedagogik guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta memahami bagaimana memberikan pengajaran yang benar pada peserta didik.
Pengaplikasian dari kemampuan ini tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai prinsip-prinsip belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar. Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Pada prosesnya, mungkin masih sulit, dikarena keberagaman karakter yang dimiliki setiap murid/peserta didik. Dari sinilah ketika kompetensi pedagogik yang sudah disusun belum berhasil guru tidak perlu terlalu kecewa, karena paham atau tidaknya siswa, itu diluar kendali seorang pendidik.
Disini penulis ingin mengenalkan sebuah filsafat stoik/stoikisme yang mungkin bisa membantu mengurangi rasa kecewa ketika menghadapi murid.
Apa itu stoikisme?
Stoikisme adalah sebuah filsafat Yunani Kuno yang mengajarkan tentang bagaimana agar tetap dalam kehidupan yang dinamis. Filsafat kuno ini dianut oleh beberapa filsuf Yunani, seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Sederhananya filsafat satu ini mengajarkan bagaimana kebahagiaan bisa didapatkan apabila memfokuskan diri pada apa yang dapat dikendalikan, Hidup ini terdiri dari dua hal, sesuatu yang di bawah kendali kita dan hal-hal yang di luar kendali diri kita. Contohnya adalah kebahagiaan, dalam hal ini ketika kita sudah berhasil menerapkan sebuah model pembalajaran semestinya kita bahagia dan seharusnya kebahagiaan letaknya berada dalam kendali kita. Apabila ada hal yang memengaruhi kebahagiaan yang berasal dari luar kendali, maka yang perlu dilakukan adalah mengendalikan hal tersebut sesuai dengan apa yang kita bisa.
Misalnya adalah ketika kita kecewa terhadap perilaku peserta didik kepada kita karena tingkah laku serta pemahaman yang minim yang diperolehnya dan membuat diri ini kesal atau marah, yang perlu dilakukan agar kita tetap bahagia dan menjadi pribadi yang positif adalah mengendalikan apa yang dapat dikendalikan dari diri sendiri. Oleh karena itu, mengelola pikiran adalah kuncinya.
Perlu
perhatikan bahwa dunia ini tidak hanya mengitari diri kita sendiri.
Jatuh-bangun, menang-gagal, sedih-senang merupakan hal yang biasa dalam proses
hidup baik dibidang sosial, ekonomi bahkan dalam dunia pendidikan. Namun,
kebahagiaan tergantung pada bagaimana diri kita memilih untuk bahagia atau
tidak.
.
Rabu, 16 November 2022
LASYA
Jiwa raja yang hilang jiwa
Kenanglah sayang dengan mesra
Aku sedih
pada diri ku sendiri
Angan ku
hanya sebagai mimpi beku
Burung terbang menjelang sore
Mengingat waktu akan
gelap
Aku jatuh terlalu
dangkal
Hingga waktu tak berjalan lagi
Kenanglah akhir dari lasya
Batu yang sebagai penandanya
Hanya tinggal puing cinta yang musna
BAKAN AKU
Mungkin aku tak seperti dulu
Yang buta
akan cinta
Perasaan membara ketika rindu
Mencintai mu
adalah hal terindah bagi ku
Sifat lembut akan diri mu
Tapi...
sekarang aku berhati batu
Perasaan itu padam seketika
Sifat kasar dan keras
Ini bukan,
aku Entah di mana diri ku?
Kemana?...
Di
mana aku harus mencarinya
Tak satu pun yang tahu
Selasa, 15 November 2022
MENELADANI MAKNA TUTWURI HANDAYANI (A_Besar)
Istilah tut wuri
handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
seorang perintis kemerdekaan dan bapak pendidikan nasional. Asas Tut Wuri Handayani yang dikumandangkan oleh
Ki Hajar tersebut mendapat tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf
dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing
Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.Adapun penggalan dari istilah
tersebut yang kini menjadi semboyan pendidikan di Indonesia yakni:
Ing
Ngarso Sun Tuladha (jika di depan memberi contoh.) Secara normatif seorang
pemimpin (pendidik) diharapkan mampu menjadi teladan yang baik (contoh yang
baik) bagi anak buah atau anak didiknya. Hal ini sangat penting jika
pemimpinnya melakukan kesalahan, jangan salahkan jika pengikutnya juga
melakuakan hal yang sama. Misalnya, jika pejabat tinggi melakukan korupsi, hal
ini akan ditiru oleh bawahan yang di daerah-daerah. Atau jika seorang pendidik
membentak-bentak anak didiknya, dengan sendirinya akan membawa pengaruh mental
si anak didik terganggu seperti ketakutan dan bahkan tidak mau masuk sekolah
lagi.
Ing
Madya Mangun Kurso(di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam situasi
ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan
atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.,
Tut
Wuri Handayani(jika di belakang memberi dorongan) dalam dunia pendidikan,
kepala sekolah dapat memediatori secara baik kepada staf, karyawan atau guru
untuk memberi pelayanan secara maksimal kepada anak didiknya. Untuk pendidik
sendiri, dapat memberikan kebebasan pada anak didiknya untuk melakukan kegiatan
dalam praktik pembelajaran tentu sesuai dengan langkah-langkah kerja yang telah
ditetapkan agar tujuan praktik pembelajaran dapat berjalana dengan baik dan
mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan harapan. Pendidik hanya bertugas
mengawasi dan mengarahkan peserta didik apabila ada anak didiknya yang berlaku
diluar jalur yang telah ditetapkan.Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik
dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh,
tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila
anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Gagasan tersebut
dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan
kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima
sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan,
No.2:24)
Trilogi Ki hajar Dewantara ini bermakna bahwa setiap orang berhak
mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang
umum.Dalam kegiatan pendidikan, peserta didik diberi kesempatan untuk mencari,
mempelajari, memecahkan masalah sendiri tanpa selalu harus dicampuri,
diperintah dan dipaksa. Dengan cara demikian, maka pendidikan akan terpusat
kepada peserta didik. Dapat dikatakan bahwa asas tutwuri handayani ini
merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif.
Banyak para pendidik yang hanya sekadar membaca kemudian melupakan
semboyan pendidikan ini. Padalah istilah Tut Wuri Handayani menyiratkan prinsip
kepemimpinan.Hubungan konsep Tut wuri handayani dalam praktik pembelajaran
yaitu, mengarahkan peserta didik pada kemandirian yang kelak akan mampu
berkarya dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, Dimana sosok guru atau
pengajar menjadi cerminan bagi peserta didiknya, bukan hanya itu saja dalam
dunia pendidikan ada hal lain yang harus dicukupi agar proses belajar seseorang
tercukupi yakni kebutuhan batin dan kebutuhan meteril.
Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam dunia pendidikan
merupakan satu kesatuan asas yang telah menjadi asas penting di
Indonesia. Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak
dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin
menjadi subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa
diikuti dengan memberi apa yang dibutuhkan pada saat anak membutuhkan
bantuan.
Referensi:
SUMBER, AZAS DAN LANDASAN PENDIDIKAN
KONSEP TUT WURI HANDAYANI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK DI SMKN 5 YOGYAKARTA
Jumat, 11 November 2022
GAP GENERATION (A_Besar)
Tak dapat dibantahkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik
bidang sosial, politik, budaya serta pendidikan. Di dalam dunia
pendidikan, teknologi digunakan sebagai media pembelajaran, contohnya smart
phone (ponsel pintar), internet, atau komputer. Peserta didik pada era digital
ini sudah memahami dan familiar dalam menggunakan teknologi.
Kesenjangan generasi antara
pendidik dan peserta didik di era digital ini, memiliki tantangannya sendiri.
Alhasil, dari teknologi yang semakin berkembang pesat dan maju, perbedaan
tingkah laku kerap disebut menyulitkan. Contohnya, peserta didik masa kini
cenderung mencari informasi melalui internet, atau minimnya minat membaca,
Generasi yang tumbuh di era
teknologi yang mengalami perkembangan yang pesat ini adalah generasi Z,
Menurut sejumlah penelitian terdahulu, Gen Z adalah mereka yang lahir setelah tahun
1995 (Brown, 2020; Francis & Hoefel, 2018; Linnes & Metcalf, 2017),
atau seringkali disebut dengan generasi pasca-milenial.Adapun pendapat lainya Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada
1997-2012. Mereka sekarang berusia 8-23 tahun.
Menurut Marc Prensky (2001), murid
yang saat ini duduk di bangku sekolah bukan lagi orang-orang yang cocok
untuk desain pendidikan konvensional. Ada banyak perubahan yang terjadi
dikarenakan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan meluas di akhir abad
20. Adanya perbedaan canggihnya teknologi saat ini, juga mempengaruhi cara
pendidik dan peserta didik untuk melakukan sesuatu, termasuk model dan media
pembelajaran.
Seiring perkembanganya model dan
media pembelajaran mengalami menambahan varisai dan perubahan dari non
elektornik menjadi elektronik memalui berbagai aplikasi.hal ini dapat
meringangkan dan mempermudah pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Strauss & Howe,
1992 dalam teori kesenjangan generasi berfokus pada dampak perbedaan generasi
pada sikap dan perilaku individu terhadap pekerjaan. Marc Prensky menyatakan
pengguna teknologi yang ada saat ini menjadi dua: Digital Natives dan Digital
Immigrants. Yang termasuk sebagai digital native saat ini merupakan
murid-murid yang berada di sekolah. Sedangkan digital immigrant merupakan
guru-gurunya. Dalam proses belajar dan mengajar, digital natives dan digital
immigrants memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang.
Para digital natives (orang yang lahir di era digital) terbiasa
menerima informasi dengan cepat, mereka juga sangat menyukai sesi paralel dan
multi-tasking. Mereka lebih mengutamakan grafis ketimbang teks. Di sisi lain,
para guru yang didominasi oleh Digital Immigrants ( generasi yang lahir sebelum adopsi teknologi
digital secara luas) mempertahankan karakteristiknya dalam proses
belajar yang lambat, step by step, satu pelajaran sekali waktu, belajar secara
individu. Perbedaan pandangan, anggapan, dan kemampuan antar generasi ini tentu
menimbulkan masalah dalam pendidikan
Peserta didik pada saat ini
memiliki harapan yang tinggi terhadap proses belajarnya, karena mereka
memiliki akses jaringan informasi yang luas melalui berbagai platform dan
cara. Apa yang mereka dapatkan secara mandiri, tentu akan menjadi pembanding
bagi informasi atau ilmu yang ia dapatkan ketika berada di dalam kelas.
Untuk mengatasi kesenjangan
generasi, pendidik dan peserta didik harus open mindset ( berfikir
terbuka) dalam arti tetap terbuka untuk menerima pengalaman baru ataupun
menghargai pengetahuan yang lama. Cara yang kedua yakni maksimalkan teknologi
penunjang yang ada, sering kali para pendidik tidak mau mencoba hal baru
terutama dibidang teknologi, mungkin dirasa ribet atau ada faktor lain, akan
tetapi alangkah lebih baik bagi pendidik untuk belajar memaksimalkan
kecanggihan teknologi untuk media pembalajaran di kelas.
Berikut yang ke
tiga, dengan memberi pertanyaan “bagaimana dan mengapa” mungkin akan
menetralisir peserta didik dalam mengakses google, agar timbul pikiran kritis
dalam kegiatan belajar mengajar.
.referensi
KESENJANGAN GENERASI ANTARA GURU & MURID SEBAGAI TANTANGAN
DIGITALISASI PENDIDIKAN Hani Ayu Rahmatiah dan Nur Asiyah
STUDI KASUS GAP GENERASI DALAM PERSPEKTIF NILAI PERSONAL DAN
BUDAYA ORGANISASI PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG BALI Yanuar Fauzuddin
, Mochamad Syaiful Arif , Dwi Sasono , Hendrik Rizqiawan , Andi Iswoyo